DEPOK, 24 Oktober 2025
Program Sarjana Kelas Internasional Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (FISIP UI) membuka rangkaian Roundtable Discussion yang terdiri atas Sesi 1, 2, dan 3 yang dilaksanakan pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2025.
Sesi I bertajuk “Artificial Intelligence Technology, Information Disorders: The Challenges to Maintain Reputation and Trust.” Kegiatan ini menjadi bagian dari perayaan 15 tahun penyelenggaraan Kelas Khusus Internasional (KKI) Ilmu Komunikasi UI, sebuah momentum penting yang menegaskan kiprah program dalam membangun jejaring akademik global serta memperkuat pemahaman lintas budaya di bidang komunikasi.
Sesi pertama yang bertema Strategic Communication ini menghadirkan pembicara dari Indonesia dan Australia untuk membahas bagaimana kemajuan kecerdasan buatan (AI) memengaruhi praktik komunikasi strategis, reputasi, dan kepercayaan publik. Diskusi dipandu oleh Nissa Cita Adinia, M.Commun. dengan narasumber Dr. Hendriyani, S.Sos., M.Si. (Universitas Indonesia), Dr. Caroline Wilson-Barnao (The University of Queensland), Dr. Thor Kerr (Curtin University), dan Ross Monaghan (Deakin University). Acara ini juga dihadiri oleh akademisi dari beberapa kampus, jurnalis, perwakilan Kementerian Keuangan, MRT Jakarta, agensi periklanan, pemerintah daerah, dan mahasiswa.
Diskusi berlangsung dinamis dengan membahas tiga sudut pandang utama, yaitu penggunaan, regulasi, dan kritik penggunaan AI. Proses diskusi menyoroti bahwa AI kini banyak digunakan untuk menulis siaran pers, menganalisis pemberitaan, serta menyusun strategi komunikasi organisasi. Berdasarkan paparan Dr. Thor Kerr, jika AI tidak dikelola secara etis maka dapat “berbalik arah” dan merusak reputasi, seperti dalam kasus Robodebt di Australia yang berdampak pada kepercayaan publik dan kesehatan mental masyarakat.
“AI bisa mempercepat kerja komunikasi, tetapi juga bisa menjadi bumerang jika transparansi dan akuntabilitas diabaikan,” ujar Dr. Thor Kerr. Sementara itu, Rob Monaghan menekankan bahwa AI merupakan “wake-up call” bagi para profesional komunikasi. Menurutnya, “Sejarah sedang berulang. Jangan menekan tombol snooze dengan menyerahkan kemampuan berpikir kritis sepenuhnya pada AI.”
Teknologi kecerdasan buatan dapat berperan ganda sebagai “Trust Breaker or Trust Maker.” Teknologi ini dapat menjadi pemecah kepercayaan ketika digunakan tanpa etika dan transparansi, tetapi juga mampu menjadi pembangun kepercayaan jika diintegrasikan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial.
Forum ini menegaskan peran penting manusia sebagai komunikator strategis dalam menjaga reputasi organisasi di era digital. AI dapat menjadi alat bantu yang efisien, tetapi nilai kemanusiaan seperti etika, empati, dan tanggung jawab tetap menjadi fondasi komunikasi yang efektif. (MAP)






