Tidak banyak akademisi yang mampu menjembatani dunia riset, manajemen pendidikan, dan inovasi digital sekaligus. Namun, Dr. R. A. Murti Kusuma Wirasti, M.Si., alumnus program Doktor Ilmu Komunikasi FISIP UI, berhasil menempatkan dirinya di titik pertemuan ketiga hal tersebut.
Akademisi yang akrab disapa Murti ini, kini menjabat sebagai Direktur Inovasi, Sistem Informasi, dan Pemeringkatan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Meski berlatar belakang Ilmu Komunikasi sejak sarjana, tetapi ia memilih untuk berkontribusi pada bidang yang belum banyak diperhatikan masyarakat, yakni menjadi dosen di Program Studi Teknologi Pendidikan UNJ.
Kini, Murti memimpin berbagai inisiatif untuk memperkuat tata kelola universitas berbasis data dan teknologi. Bahkan, pekerjaan profesionalnya tetap berpijak kuat pada fondasi Ilmu Komunikasi yang ia dalami selama menempuh program Doktor di Pascasarjana Ilmu Komunikasi UI.
Dari Ilmu Komunikasi ke Inovasi Teknologi
Murti memutuskan untuk melanjutkan studinya ke jenjang S3 Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia pada tahun 2008. Keputusan ini ia ambil setelah lulus dari S2 pada kampus yang sama di tahun 2002. Saat itu, ia sudah mengajar selama beberapa tahun di UNJ.
Keputusan Murti melanjutkan studi di Ilmu Komunikasi FISIP UI bukanlah langkah spontan. Ia melihat pentingnya memperdalam pemahaman tentang Ilmu Komunikasi, terutama dalam konteks komunikasi dan teknologi. Apalagi, ia memang memiliki latar belakang akademik di bidang sosial dan teknologi, serta pengalaman panjang di lingkungan perguruan tinggi.
“Relevansi Ilmu Komunikasi terhadap teknologi itu penting untuk memahami konteks sosiokultural masyarakat, kalau dalam bahasa inovasi itu user centered, gitu,” ujar Murti ketika diwawancara secara daring (08/11/2025).
Disertasi yang ia susun untuk meraih gelar doktor berjudul “Media Komunikasi dan Keluarga Tradisional Jawa (Studi tentang Penggunaan Media Komunikasi oleh Keluarga Tradisional Jawa di Dukuh Candirejo, Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)”.
Disertasinya tersebut berfokus pada praktik penggunaan teknologi komunikasi di masyarakat dengan kultur Jawa tradisional yang sangat kuat. Murti melakukan riset selama kurang-lebih dua tahun untuk memahami konteks sosiokultural teknologi komunikasi di sana. Pada 4 Juni 2015, Murti akhirnya berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan para penguji.
Pilihan Murti untuk meneliti penggunaan teknologi komunikasi ternyata bukan tanpa alasan. Pada tahun 2000-an awal, ia sempat menjadi peneliti di Microsoft Indonesia, terutama dalam program-program yang berfokus pada dampak teknologi bagi guru dan dunia pendidikan.
“Saya tidak meneliti secara hard technology-nya, tetapi lebih banyak kepada dampak sosialnya, jadi dulu saya peneliti Microsoft Indonesia untuk dampak sosial,” ungkap Murti.
Penerapan Ilmu Komunikasi di Dunia Profesional
Sebagai Direktur Inovasi, Sistem Informasi, dan Pemeringkatan UNJ, Murti memimpin integrasi berbagai sistem kebijakan inovasi kampus, mulai dari hilirisasi inovasi, sistem peningkatan peringkat kampus, hingga pengembangan kemitraan di tingkat nasional dan internasional.
Menurutnya, dasar keilmuan komunikasi sangat relevan dengan pekerjaannya saat ini. “Ilmu Komunikasi sangat penting dalam proses hilirisasi hasil riset, yang membutuhkan kemampuan kemitraan, lobi, dan nego dengan berbagai pihak di konteks Indonesia,” ungkap Murti.
Murti juga mengakui, pengalaman riset etnografi yang dilakukannya selama menjalankan program doktor memengaruhi pendekatan inovasi yang diusungnya saat ini. Menurutnya, hulu dari produk inovasi adalah pemahaman terhadap pengguna, bukan hanya sekadar menguji teori.
“Inovasi harus market driven, dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna, bukan dari teori yang dimiliki, agar produk inovasi tersebut berdampak,” lanjut Murti.
Meski sempat ditawari untuk mengajar di bidang Ilmu Komunikasi, tetapi Murti tetap memilih berada di bidang teknologi pendidikan. Bagi Murti, bidang tersebut memberinya kesempatan untuk mengeksplorasi hal-hal yang masih jarang diteliti di Indonesia.
“Lubang Kosong” di Ilmu Komunikasi
Pengalaman berkuliah S3 menjadi momen yang penuh tantangan bagi Murti. Namun, ia mengaku pengalaman berharga juga banyak dialami selama menyelesaikan studi bersama rekan-rekannya. Khususnya keberadaan kelompok-kelompok studi yang cocok dan saling menguatkan.
“Teman kuliah sangat penting untuk memperkaya kita, bukan cuman supaya cepat lulus, tetapi riset yang dilakukan memberi makna dalam proses belajar, itu yang paling saya rasakan,” kenang Murti.
Bagi Murti, mahasiswa S3 Ilmu Komunikasi harus fokus mengembangkan cabang-cabang Ilmu Komunikasi baru di era teknologi. Menurutnya, kajian Ilmu Komunikasi memiliki banyak mozaik yang menyisakan “lubang-lubang kosong” untuk diisi. Oleh karena itu, Murti mendorong para mahasiswa aktif program doktoral bergerak cepat mengikuti lompatan teknologi. Terutama untuk memperkuat kajian di bidang komunikasi antara mesin dan manusia.
“Minat anak muda untuk menjadi peneliti itu semakin rendah, itu yang perlu dipikirkan bersama, terutama kita di S3 yang akan memikirkan sumber daya manusia dalam pengembangan Ilmu Komunikasi,” tutup Murti. (FSI)





